Senin, 27 Desember 2010

cerpenku

Aku, Ratna..
Oleh:Dyas Asri Muthia


“Ratna berangkat ya bu..Assalamu’alaikum!”, ucap Ratna sambil mencium telapak tangan Ibunya. “Hati-hati ya nak”, balas Ibu dengan lembut sambil mengiringi keberangkatan anaknya. Pagi itu, Ratna berangkat ke sekolah seperti biasanya. Dengan membawa 2 buah keranjang yang berisi pisang goreng, ia berangkat dari rumahnya di Panam menuju sekolah dengan menaiki sebuah oplet. Walau jauh, ia tetap bersemangat ke sekolah, tempat dimana ia yakin bahwa cita-cita yang ia dambakan tercapai.
“kiri pak..”, sahut Ratna kepada Abang oplet. Setelah menempuh jalan sekitar 15 menit, Ratna pun turun dari oplet, tepatnya di depan Gramedia. Untuk sampai ke sekolahnya, ia harus berjalan sekitar 200 meter dan menyebrangi jalan. Selang beberapa waktu, gerbang MAN 2 yang berwarna putih itu pun sudah di depan matanya. “Assalamualaikum..”, sapa pak Sogi, satpam MAN 2. “Waalaikumsalam, pak”, balas Ratna dengan senyum. Ratna pun langsung menuju kantin Bunda dan koperasi Pak Normin untuk menitipkan dagangan pisang gorengnya. Selama ini, Ratna dengan ibunya hanya dapat berjualan gorengan untuk membiayai kehidupan. Ibu Ratna sakit-sakitan dan tidak bisa bekerja terlalu keras. Sedangkan Ayah Ratna telah meninggal . Ratna tak pernah merasa malu untuk berjualan di sekolah. Karena ia yakin, kemiskinan bukanlah hal yang harus ditutupi. Namun, harus disyukuri karena Allah telah mengatur jalan hidup hambaNya.

“Teneneenenenett..teneneneneneet..tenenenett tenenenett teneneeneet..tenett..”, terdengar bel masuk kelas, dan seketika Ratna menuju kelas XII IPA 1. Pelajaran pertama hari ini adalah Bahasa Indonesia. Bu Helda memberikan tugas untuk bercerita di depan kelas mengenai orang yang dicintai. Satu persatu murid-murid kelas XII IPA 1 maju untuk bercerita.
“na, sebentar lagi giliranmu tuh.. mau cerita tentang siapa?. Pacarmu ya?..”, ucap Arum, teman sebangkunya.
“Hussh..ada-ada aja kamu. Aku ingin cerita tentang ayahku..”,
“oh..maaf na..aku ga maksud…..”
“iya..ga apa..”, senyum Ratna.
Tak lama, nama Ratna dipanggil. Ia bercerita mengenai Ayahnya, sosok yang sangat ia cintai. Sejak kecil, Ia diajari Ayahnya berbagai hal. Ratna adalah anak satu-satunya, dan Ayahnya amat mencintainya. Saat ia berumur 10 tahun, ayahnya meninggal karena tertabrak mobil ketika sepulang dari bekerja menjadi buruh bangunan. Dan semenjak itu, ibunya juga sakit-sakitan dan menanggung beban hidup bersama Ratna.
“Begitulah teman-teman..namun, saya tetap semangat untuk belajar dan membantu ibu saya..saya hanya ingin mewujudkan impian saya untuk membahagiakan Ibu dan Ayah yang telah tiada”, Ratna menutup isi ceritanya. Serentak, seisi kelas pun bertepuk tangan dengan penuh rasa haru. Lalu, Ratna kembali ke tempat duduknya dan diam-diam mengusap air matanya yang mengucur pelan.
Tak terasa, bel pulang berbunyi. Anak-anak berhamburan keluar dari kelas.
“na, aku pulang duluan ya..Mama udah jemput”, kata Arum pada Ratna yang sedang piket nyapu.
“iya rum..hati-hati ya, salam untuk Mamahmu”, balas Ratna.
Selesai piket, Ratna melesat menuju kantin Bunda dan pak Normin untuk mengambil keranjang dagangan. “Mudah-mudahan pisangnya habis ya Allah..”, bisiknya dalam hati.

“tujuh..delapan..sepuluh..dua belas..empat belas..lima belas.., Alhamdulillah dagangan laku lima belas ribu.”, girang ratna dalam benaknya.” Bisa beli obat batuk untuk Ibu”, niatnya. Memang, Ibu Ratna suka batuk-batuk dan kadang mengeluarkan darah. Ratna ingin sekali membawa Ibunya berobat, namun uang menjadi alasan terurungkan niat tersebut. Seperti biasanya, sebelum pulang, Ratna pergi ke meja Bu Helda untuk sekedar menyapa atau sedikit bercerita. Bu Helda adalah guru tempatnya bercerita. Terkadang, ketika ia menangis sambil bercerita mengenai kehidupannya, Bu Helda selalu memberikan motivasi dan masukan sehingga membuatnya semangat kembali. Selepas bercerita beberapa lama, Ratna pamit pulang karena mengingat hari sudah sore.

“Minum obatnya ya bu..biar cepat sembuh batuknya..”, ucap Ratna sambil mengulurkan satu sendok berisi obat batuk pada Ibunya.
“Iya nak..lagipula Ibu sudah sehat..Ibu mau menggoreng pisang dulu ya.”
“ibu.. biar Ratna aja. Ibu istirahat ya.”, tukas Ratna
Akhirnya, Ibu mengalah dan menuju kasur yang letaknya tak jauh dari dapur. Sambil menggoreng pisang, Ratna teringat akan wajah Ayahnya dan membayangkan wajah Ibunya. Setetes demi setetes air mata terjatuh di pipinya. “ya Allah..beri aku kekuatan..beri aku kesabaran..dan beri aku petunjukMu..”, doanya dalam hati.

Hari silih berganti. Tak terasa sudah hari Jum’at. Ratna kembali berangkat sekolah, namun hari ini, ia menaiki bus metro karena oplet tak kunjung lewat. Ternyata, dalam bus tersebut ia bersebelahan dengan Pak Vetras, guru matematikanya.
“Assalamualaikum Pak..kebetulan sekali ya..”
“oh, Ratna.. naik ini juga ya..”
“iya pak..”
Lalu obrolan ringan pun mengalir antara murid dan guru tersebut. Ya, Ratna memang sangat menyukai matematika. Ia juga merupakan salah satu anggota club matematika di MAN 2. Baginya, Pak Vetras adalah guru yang sangat mempengaruhinya sehingga ia amat menyukai pelajaran ini. Pak Vetras selalu mengingatkannya untuk rajin belajar terutama matematika karena pak Vetras tahu keinginan Ratna yang ingin mendapatkan beasiswa untuk kuliah nanti. Apalagi, kurang dari sebulan Ujian Nasional SMA akan dilaksanakan. Dengan modal juara kelas dan beasiswa yang selalu Ratna dapatkan di sekolah dan dengan nilai-nilai yang tinggi, Pak Vetras yakin bahwa siswinya yang satu ini dapat memperjuangkan impiannya untuk pengajuan beasiswa di Universitas yang juga diimpikan Ratna. Detik, menit, telah berlalu. Tak terasa, bus berhenti di depan Gramedia. Ratna dan pak Vetras berjalan menuju MAN 2 dengan obrolan yang berlanjut.
Sepulang sekolah, Ratna berjalan sambil menghitung hasil dagangan hari ini. “Alhamdulillah, walau 5000, ini merupakan rezeki dariMu ya Allah, dan cukup untuk naik oplet sampai rumah”, gumamnya. Namun, di tengah jalan, ia melihat seorang anak kecil berbaju lusuh yang menengadahkan kedua tangan kepadanya. “kak..saya belum makan..ibu saya lagi sakit..”, ucap anak kecil itu. “ibunya dimana dik?”. “Ibu di sana kak.. tidul di pinggil jalan itu”, jawab anak itu sambil menunjuk ke suatu jalan tak jauh dari situ. Ratna berpikir, karena pada saat itu ia hanya memiliki uang 5000 rupiah dan untuk naik oplet pulang. Tetapi di satu sisi, ia tidak tega melihat anak itu kelaparan sedangkan ibunya yang juga sakit. Akhirnya, ia pun memberikan uang tersebut dan memutuskan untuk pulang berjalan kaki. “ini dik..beli nasi ya..kasih ke ibunya juga..”, senyum Ratna. “ia kakak..makasih banyak”, jawab anak itu dengan mata yang berkaca-kaca. Akhirnya, Ratna pulang berjalan kaki di tengah teriknya panas matahari.
Satu setengah jam bukanlah waktu yang singkat untuk menempuh perjalanan. Rumah yang terbuat dari kayu dan hamper ambruk itupun telah Nampak. Ratna bertahan meski keringat mengalir di sekitar wajahnya. “Assalamualaikum bu..”, salam Ratna sambil memasuki pintu rumah. “ya Allah nak..dari mana? Pulangnya sore-sore gini..padahal hari jum’at harusnya pulang siang kan?uhuk-uhuk..”, jawab Ibu dengan nada khawatir. “ga dari mana-mana bu..”. Lalu Ratna menceritakan kejadian tadi kepada ibunya. Tiba-tiba, ada yang mengetuk pintu. Ternyata, tamu tersebut adalah Pak Muji, anak dari teman Ayah yang merupakan pemilik tanah rumah ini. Dulu, karena Ayah dan temannya berteman baik, ia mempersilahkan Ayah Ratna untuk menempati tanahnya.
“Jadi bu, maksud kedatangan saya kesini untuk mengambil tanah rumah dan kebun ini yang sudah diserahkan ke saya dan menjadi hak saya semenjak Bapak saya meninggal. Saya ingin membangun ruko baru” ucap Pak Muji.
“Astaghfirullah.. tolong beri kami waktu untuk mencari tenmpat tinggal ya nak..”, ucap Ibu pada pak Muji.
“baiklah, saya beri waktu 2 bulan. Saya tidak memaksa Ibu dan anak ibu pergi sekarang.”kata Pak Muji.
“Alhamdulillah, terima kasih banyak ya nak..”. lirih ibu.
Setelah membicarakan hal itu, Pak Muji pamit untuk pulang. Sungguh, Ratna tak tega melihat wajah ibunya yang terlihat banyak menanggung beban hidup ini. Ratna ingin membantu, namun ia tak tahu dengan apa ia harus membantu ibunya. Ia hanya dapat berdoa, karena ia percaya bahwa Allah tidak pernah tidur dan selalu bersama hambaNya yang senantiasa bersabar.
Keesokan harinya, Ratna sambil menuntun Ibunya berkeliling untuk mencari tempat tinggal nantinya. Kedua ibu dan anak itu telah mencari kesana kemari. Sungguh hari ahad yang terasa begitu panjang bagi mereka. Memang, ada beberapa kontrakan dan kost petak. Namun, tak ada harga yang dapat dijangkau oleh uang tabungan yang dimiliki Ratna dan Ibunya. Pagi berganti siang, siangpun berganti sore, hasilnya nihil. Mereka tidak mendapatkan tempat yang mereka cari.
“nak, kita lanjutkan esok hari ya..hari sudah sore.”, ucap Ibu Ratih dengan keringat yang mengucur diantara kerutan-kerutan pada dahinya.
“iya bu..ayo kita pulang”, jawab Ratna sambil menahan tangis.

Tak terasa sebulan telah berlalu. Ratna sedang fokus terhadap Ujian nasional yang sedang berlangsung pada minggu ini. Keputusan akan tempat tinggal nanti belum didapat, karena hanya pada hari ahad Ratna libur dan dapat mencari keliling bersama ibunya. Ratna telah melakukan persiapan untuk Ujian Nasional dari jauh-jauh hari. Setiap malam setelah membantu Ibu menggoreng pisang, ia pun selalu menyempatkan diri untuk belajar ditemani lampu minyak yang sekiranya dapat memberikan sedikit penerangan dan tidak lupa,Ratna selalu berdoa. Sehingga, Ujian Nasional dan Ujian Akhir Sekolah kali ini Allah memberikan ketenangan dan keyakinan dalam dirinya. Sang ibu yang begitu bangga terhadap sosok anaknya juga selalu mendoakan untuk kesuksesan anak semata wayangnya itu.
Tiga minggu berlalu sudah. Semua ujian di sekolah telah terlewati. Pengajuan surat beasiswa disertai berkas rapot sejak ia kelas sepuluh milik Ratna pun telah diluncurkan sekolah ke salah satu Universitas yang diminati Ratna. Dan hari ini, hari sabtu adalah hari yang ia tunggu-tunggu. Karena hari ini merupakan pengumuman namaa-nama calon mahasiswa yang lulus masuk Universitas tersebut.
“bu..Ratna berangkat ya.. doakan anak ibu ini agar lulus masuk UGM”, ucap Ratna sambil mencium kedua tangan ibunya seperti biasa.
“insya Allah selalu anakku.., jangan lupa langsung pulang ke rumah ya.. ini keranjang pisangnya.”
“iya bu..dan besok kita lanjutkan pencarian tempat tinggal untuk kita nanti yang jadi tertunda gara-gara Ratna belajar untuk ujian..”
“iya nak..cepat berangkat..nanti telat..”, kata Ibu
“Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”

Setelah mengantar dagangan ke kantin, Ratna segera menuju kelasnya.
“rum, hari ini kita ga belajar ya?”, Tanya Ratna dengan polosnya.
“hhaha..ya ampun na..kamu ini. Tentulah, kita udah selesai ujian neng, jadi bebas”, jawab Arum sambil mencubit pipi Ratna yang putih bersih.
“ya maaflah ..hhehe”, jawab Ratna.
Ratna membuka buku catatan Biologinya. Ia mengisi waktu yang kosong untuk mengulang-ulang pelajaran. Walaupun semua ujian telah terlewati, namun ia merasa bahwa ilmu adalah sesuatu yang tak terbatasi oleh waktu ataupun keadaan. Karena tak ada sesuatu yang percuma jika memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Lalu, tiba-tiba Deni, anak kelas XII IPS 4 masuk.
“Assalamualaikum, ada Ratna?” ucap Deni dengan sedikt berteriak.
“Ciehhh….”, terdengar sorakan anak-anak seisi kelas yang berniat usil
“Astaghfirullah, kalian ini..ada-ada aja. Ada apa den?”
“kamu dipanggil pak Zul di kantor sekarang. Katanya penting”
“iya. Makasih ya den”
Ratna beranjak dari bangkunya dan berjalan menuju kantor. Perasaan takut, deg-degan telah menyelimuti jiwa Ratna karena mungkin inilah saat yang ia tunggu-tunggu, yaitu pengumuman mengenai ajuan beasiswanya. Namun, dengan keyakinan dan tawakal pada Allah, ia pasrah akan apa yang terjadi nanti.
“Assalamualaikum, ada apa pak memanggil saya?”
“Waalaikumsalam..langsung saja ya nak. Pagi tadi Bapak menerima surat dari pihak UGM. Dan dalam surat tersebut tercantumkan bahwa nak Ratna diterima menjadi mahasiswi UGM, Jogjakarta dengan beasiswa penuh serta uang jajan dan tentunya jurusan kedokteran yang ananda Ratna ajukan disitu”. Pak Zul menjelaskan
“Allahuakbar..Alhamdulillah ya Allah”, syukur Ratna seraya melakukan sujud syukur.
“kami dari pihak sekolah dan para guru bangga sekali..selamat ya nak..semoga sukses dan dapat meraih cita-citamu. Kami sebagai guru selalu mendoakanmu..” ucap pak Zul yang terlihat begitu bangga.
“iya pak..saya ini semua untuk Ibu saya..”
“hari senin kamu kesini lagi untuk mengurus semuanya ya..”
“baik pak”.

Rasa haru dan syukur yang luar biasa merasuk dalam jiwa Ratna. Begitu masuk kelas, ia langsung memeluk Arum sahabatnya dan memberitahu akan hal tadi. Semua teman-teman memberi selamat padanya. Mereka semua merasa bahwa Ratna memang pantas mendapatkannya karena perjuangannya yang luar biasa. Setelah itu, ia menuju kantin untuk mengambil dagangannya. Tapi, dagangannya baru terjual sedikit karena belum lama dititipkan. Ia bersabar dan hanya menanggapi hal itu dengan senyum kecil. Meja Bu Helda adalah tujuan keduanya. Dan setelah menceritakan semua, Ratna mencium kedua tangan ibu untuk pamit agar segera kembali ke rumah. Tak lupa, ia juga pamit terhadap guru-guru serta mengucapkan rasa terimakasihnya.
Jam menunjukkan pukul 10.00 WIB. Ratna berjalan menuju gerbang, lalu ia teringat akan dagangan pisang yang masih banyak tersisa tadi. Kebetulan, Pakde, petugas kebersihan sekolah lewat di samping Ratna. Seketika muncul pikiran untuk memberikan sedikit makanan itu. “pagi Pakde..”, sapanya dengan ramah. “pagi..”, balas Pakde dengan senyum. “ini pakde..ada sedikit pisang, buatan Ratna sendiri loh..mau ya Pakde.”, ucap Ratna sambil menyodorkan beberapa pisang di wadah plastik. “makasih ya nak..”, kata Pakde. “sama-sama Pakde..”, jawab Ratna. Setelah itu, Ratna keluar gerbang dan menyebrangi jalan. Segera ia menuju rumahnya. Telah terbayang olehnya wajah sang ibu yang pastinya senang karena kabar gembira yang ia dapatkan.
“oi na..bareng aja yuu.”, ajak Arum yang tiba-tiba mencoleknya.
“eh..ngga usah.ntar ngerepotin lg..”
“inda dow..naik Honda pun.. sekalian aku mau jenguk ibumu..udah lama ga maen”
“yolahh..”
Tak butuh waktu lama, mereka telah sampai di rumah Ratna. Arum memarkir motornya di depan rumah sederhana itu.
“wedehh.ngebut banget sih rum, terbang-terbang kerudungku..”celetuk Ratna saat turun dari motor.
“yehh.namanya juga pembalap. Maklum, saingan Rossi”
“iya aja deh..eh,.ayo masuk.”
“yup.”
Dengan langkah semangat, Ratna masuk diikuti Arum yang berjalan di belakangnya. Namun, betapa kagetnya mereka berdua karena melihat Ibu Ratna yang tergeletak di lantai dapur dengan keadaan kompor menyala yang diatasnya terdapat pisang dalam penggorengan yang hamper gosong.
“ibuuuuuuuuuuuuuuuuuuu….” teriak Ratna
“Astaghfirullahaladzim.. kenapa ibumu na?”
Ibu Ratna tergeletak dengan noda darah yang berada di tangannya. Setelah Ratna dan Arum memeriksa denyut nadi sang ibu, mereka baru menyadari bahwa ibu Ratna sudah tidak bernyawa.
“Innalillahi wainnaillaihi roji’un..ibu meninggal rum..ya allah”, Ratna tak kuasa menahan tangis
“Innalillahi..sabar ya na..Allah mengujimu..aku turut berduka cita”
“ya allah ibu..Ratna pulang bu..Ratna mau kasih ini ke ibu..” peluk Ratna ke tubuh ibunya yang sudah kaku itu dengan surat beasiswa yang digenggamnya.
“ikhlas na..Allah udah ngatur semuanya” nasihat Arum yang juga menangis
Arum langsung berlari keluar untuk meminta bantuan para tetangga. Tak lama, ambulan datang dan mengurus jenazah Ibu Ratna. Suasana duka menyelimuti kepergian sang ibu.

Wanita itu keluar dari mobil orangenya. Ia lalu menatap sekeliling lingkungan sekolah itu. Sekolah yang mmpunyai sejuta kenangan yang telah membawanya menjadi seorang Ratna seperti sekarang. Ratna telah meraih gelar S2 jurusan Kedokteran di UGM dan praktek di beberapa Rumah Sakit besar di Jakarta. Ia sengaja terbang dari Jogja menuju Pekanbaru untuk berkunjung ke MAN 2 dan melihat perkembangan yang terjadi. Semua telah banyak berubah. Seragam sisiwi yang berlalu lalang di depannya telah berganti menjadi berwarna putih dengan rompi dan bawahan hijau kotak-kotak. Pak Ferdi dan Pak Sogi yang biasanya terlihat di meja piket, sekarang telah berganti menjadi sosok yang tidak ia kenal. Wajah guru-guru yang dulu menghiasi hari-harinya di sekolah, sekarangpun sudah banyak yang berganti. Ruangan-ruangan terlihat lebih banyak dan terdapat satu ruangan untuk fasilitas kolam renang, selain itu, yang dulunya hanya ada asrama putri, sekarang ditambah diperluas dengan adanya asrama putra bertingkat.
Setelah puas melihat, Ratna kembali memasuki mobil untuk pulang. Ia menatap cermin yang ada dalam mobilnya sambil berkata dalam hatinya, “ya..aku adalah Ratna, Ratna yang sekarang dan bukan Ratna yang dulu. Ratna yang bisa membuktikan kepada dunia, bahwa Ratna bisa meraih mimpi. Ibu… lihatlah anakmu. Anakmu yang telah mewujudkan apa yang ibu angan-angankan sejak dulu. Terima kasih ya Allah.. Engkau telah memberikan jalan yang terbaik untukku”, ucapnya lirih dalam hati.

about lee min ho:)

siapa sih yang ngga tau cowo ganteng satu ini?? yap. bukan hanya ganteng, dia juga aktor hebat yang sukses membintangi berbagai film dan iklan. kalo ngomongin about minho sama aku, gabakal ada habisnya deh. karna pastinya bukan hanya aku yang ngefans berat sama pangeran yang turun dari langit ini, tapi juga minoz2 lain yang ada di seluruh penjuru bumi. aku pengen sedikit berbagi tentang min ho ni buat para minoz2 sejati:D

이민호 / 李 敏鎬 / Lee Min Ho / イ・ミンホ
1987年 6月 22日
187 cm
69 kg
A 型
映画鑑賞、レジャースポーツ、ゲーム、サッカー


EBS青少年ドラマ 「秘密の校庭」
SBS 「走れサバ!」
KBS 「アイ・アム・セム」
MBC「僕にはわからないけど」
KBS 「花より男子」
MBC「個人の趣向」
『カン・チョルジュン:公共の敵1-1』
『うちの学校のET』

Lee Min Ho (Korean: 이민호)(lahir di Seoul, Korea Selatan, 22 Juni 1987; umur 23 tahun) adalah aktor asal Korea Selatan. Ia berperan sebagai Gu Jun Pyo dalam serial televisi Boys Before Flowers. Ia juga bermain dalam beberapa film lainnya seperti But I Don’t Know It Either dan I Am Sam. Lewat film Boys Before Flower, kini Lee Min Ho menjadi artis yang sangat terkenal. Bungsu dari dua bersaudara ini menyatakan rasa senangnya karena telah berhasil membuat film Boys Before Flower sukses di pasaran. Namun menurutnya, aktingnya di film tersebut belum maksimal. Dikarenakan itu adalah syuting film kejar tayang, yang membuatnya kurang bisa memdalami karakternya dengan maksimal. Sebenarnya, saat casting, Lee Min Ho bukanlah orang pertama yang dipilih untuk memerankan peran Gu Jun Pyo, namun setelah melihat rambutnya di keriting, produser merasa Lee Min Ho lebih pantas memerankan Gu Jun Pyo. Lee Min Ho adalah artis termahal di Korea Selatan, setelah ia mulai syuting Boys Before Flower.
Pada tahun 2006, Lee Min Ho pernah mengalami kecelakaan mobil, yang membuat kakinya cedera lumayan serius. Kaki kanannya harus dimasukkan lempengan besi untuk menopang badannya. Tapi pada bulan Juni tahun 2009 lalu, lempengan besi tersebut telah dikeluarkan dari tubuhnya. Kini Lee Min Ho dapat dikatakan telah pulih total.

• Personal Taste sebagai Jeon Jin Ho (MBC, 2010)
• Boys Before Flowers sebagai goo Jun Pyo (KBS2, 2009)
• But I Don’t Know too (나도 잘 모르지만) sebagai Min Wuk Gi (MBC, 2008)
• I’m Sam sebagai Heo Mo Se (KBS2, 2007)
• Mackerel Run (달려라 고등어) sebagai Cha Gong Chan (SBS, 2007)
• Secret Campus (비밀의 교정) sebagai Park Du Hyun (EBS, 2006)
• Love Hymn (MBC, 2005)

• Our School E.T (2008)
• Public Enemy Returns (2008)

Penghargaan
• The 45th Baeksang Arts Awards: Best New Actor --> Boys Before Flowers (2009)
• KBS Acting/Drama Awards: Best New Comer --> Boys Over Flowers (2009)
• KBS Acting/Drama Awards: Best Couple with Koo Hye Sun--> Boys Over Flowers (2009)
Lee Min Ho adalah aktor Korea yang merupakan salah satu pemain Boys Before Flower. Dalam BBF, dia berperan sebagai Gu Jun Pyo bersama-sama dengan aktor lain Kim Hyun Joong, Kim Bum, Kim Joon, dan tentunya Koo Hye Sun sebagai pasangan mainnya di drama yang disebut juga Boys Over Flowers ini. Cowok ganteng kelahiran 1987 ini ternyata memiliki segudang prestasi, mulai dari membintangi acara televisi, sampai dengan bintang iklan dan bahkan film layar lebar. Profil Lee Min Ho di drama BBF juga membawanya ke penghargaan bergengsi.

Biodata Lee Min Ho
• Nama: Lee Min Ho
• Profesi: Aktor
• Tanggal Lahir: 22 Juni 1987
• Tinggi Badan: 185cm
• Zodiak: Cancer
• Golongan Darah: A
• Ukuran Sepatu: 265mm

~website lee min hoo
http://www.leeminho.kr
http://www.minho.jp
http://minozindo.wordpress.com/
http://itsminho.com/
http://www.leeminho.com/
~twitter lee min hoo
http://twitter.com/leeminho
~freindster lee min hoo
facebook lee min hoo
www.facebook.com/people/Lee-Min-Hoo/18…